KOMPLIKASI DAN PENYAKIT DALAM MASA NIFAS
Dosen Pengampu : Dessy Marita Cristanti, S.S.T
Disusun Oleh :
1.
Anisa latiful .C (0410001)
2.
Arlinda Iza .ZM (0410002)
3.
Auliya Rahmi (0410003)
4.
Ayu Diatmike (0410004)
5.
Ayu Sanditya (0410005)
6.
Ayuk Aulia .A (0410006)
7.
Desi Pramita .P (0410007)
8.
Diah Arfianti (0410008)
9.
Diah Ayu .PS (0410009)
10.
Sri Hartati
(0410056)
11.
Sri Kustiti (0410057)
12.
Sutiah (0410059)
13.
Tri Lestari (0410060)
14.
Tri Setyowati (0410061)
15.
Wahyu Fitri .W (0410062)
16.
Yanis vicky .T (0410063)
17.
Yuni Setyo.W (0410065)
18.
Yolanda ()
19.
Nur Anisa .M ()
AKADEMI KEBIDANAN AR-RUM SALATIGA
Jl. Pondok Joko Tingkir Lor No.5 Salatiga
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat allah SWT karna dengan rahmat dan karunianyalah kami dapat menyusun tugas makalah yang berjudul
tentang “komplikasi dan penyakit dalam masa nifas”
ini dapat diselesaikan secara baik dan tepat pada waktunya.
Terimakasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dalam penyusunan tugas makalah ini, semoga
dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang “komplikasi dan penyakit dalam masa nifas”.
Makalah
ini tidak lepas dari kekurangan sehingga memerlukan saran dan kritik untuk
kesempurnaan.
Salatiga, 8 Oktober 2012
Penyusun,
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI
......................................................................................................... ii
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................................... 2
1. Tujuan Umum...................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus..................................................................................... 2
BAB
II ISI
A.
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHAULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Di Indonesia saat ini banyak sekali kematian ibu yang
terjadi pada masa nifas. Oleh karena itu seorang bidan dituntut untuk menguasai
pengetahuan dan tehnologi supaya bidan dapat mendeteksi secara dini adanya
komplikasi pada masa nifas, disamping itu seorang bidan juga harus
mengaplikasikan teori-teori yang dimilikinya ke dalam tindakan klinis secara
tepat dan cepat. Bidan juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat karena bidan merupakan tenaga kesehatan yang profesional.
Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak, namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.
Infeksi nifas pada awalnya adalah penyebab kematian maternal yang paling banyak, namun dengan kemajuan ilmu kebidanan terutama pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas, pencegahan dan penemuan obat-obat baru dari itulah dapat diminimalisir terjdinya infeksi nifas.
Dari itulah seorang bidan perlu mengetahui tentang
infeksi nifas, mulai dari apa itu infeksi nifas,bagaimana penyebab terjadinya
infeksinya,pencegahanya dan pegobatan dari infeksi nifas tersebut. Hal ini
ditujukan untuk terwujudnya persalinan yang aman asuhan nifas yang higienis
sehingga komplikasi pada masa nifas tidak lagi terjadi.
B.
TUJUAN
1. Tujuan
umum
Agar
mahasiswa mengetahui tentang komplikasi dan penyakit dalam masa nifas.
2.
Tujuan khusus
a. Menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang
komplikasi dan penyakit dalam masa nifas
b. Agar
mahasiswa mamapu menjelasakan tentang komplikasi
dan penyakit dalam masanifas
c. Untuk
dapat mengetahui infeksi nifas.
d. Untuk
dapat mengetahui kelainan dan penyakit lain dalam nifas.
e. Memberikan
pengetahuan tentang infeksi nifas.
f. Memberikan
pengetahuan tentang kelainan dan penyakit dalam nifas.
BAB
II
PEMBAHASAN
KOMPLIKASI DAN PENYAKIT DALAM MASA NIFAS
- DEFINISI
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yg
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-genital genital pd wktu
persalinan dan nifas.
Demam dalam nifas sering disebabkan infeksi nifas,
ditandai dengan suhu 38 ºC yg terjadi selama 2 hari berturut-turut.
Kuman-kuman penyebab
infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman-kumannyanya seperti
streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
- FAKTOR PREDISPOSISI
1. Perdarahan
2. Trauma
persalinan
3. Partus lama
4. Retensio
plasenta
5. KU ibu (anemia
dan malnutrition)
- PATOLOGI
Patologi infeksi nifas sama dgn infeksi luka. Infeksi itu
dapat:
1. Terbatas pada
lukanya (infeksi luka perineum, vagina, serviks atau endometrium)
2. Infeksi itu
menjalar dari luka ke jaringan sekitarnya (thrombophlebitis, parametritis,
salpingitis, peritonitis)
- MACAM-MACAM INFEKSI NIFAS :
1.
Endometritis
Merupakan jenis infeksi yg paling sering, kuman-kuman
memasuki endometrium biasanya pd luka bekas insersio plasenta & dalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Pada batas antara
daerah yg meradang & daerah sehat trdapat lapisan terdiri atas leukosit.
Leukosit akn membuat pagar pertahanan & disamping itu akan keluar serum yg
mengandung zat anti.
Gambaran klinik tergantung jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita, dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokea
tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini
dinamakan lokeometra.
Hal ini dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Pada endometritis yg tdk meluas, penderita pd hari
pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, milai hari ke-3 suhunya meningkat,
nadi cepat, namun dalam kurun waktu 1 mggu keadaan akan menjadi normal.
2.
Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di
dlm uterus langsung mencapai peritonium shg menyebabkan peritonitis.
Peritonitis yg hanya terbatas pd daerah pelvis, gejalanya
tidak seberat pd peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum
tetap baik. Sedangkan pd peritonitis umum suhu meningkat mjd tinggi, nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri. Muka mejadi pucat, mata cekung dan kulit
muka dingin.
a. Penanganan:
1) Lakukan
nasogastric suction
2) Berikan infus (NaCl atau RL)
3) Berikan antibiotika sehingga bebas panas
selama 24 jam:
4) Ampisilin 2 gr
IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam, ditambah gentamicin 5 mg/kgBB IV dosis
tunggal/hari dan metronidazol 500mg IV setiap 8 jam.
5) Laparotomi
diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage)
3.
Bendungan Asi
a.
Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan
sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena
hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI
terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan,
sementara kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.
b.
Patologi
Faktor predisposisi terjadinya
bendungan ASI antara lain :
1) Faktor hormon
2) Hisapan bayi
3) Pengosongan
payudara
4) Cara menyusui
5) Faktor gizi
6) Kelainan pada
puting susu
c.
Patofisiologi
1) Gejala yang
biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat
dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
2) ASI biasanya
mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
3) ASI tidak
mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu
kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar,
1998).
d.
Penatalaksanaan
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
1) Menyusui dini,
susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan
2) Susui bayi
tanpa jadwal atau ondemand
3) Keluarkan ASI
dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi
4) Perawatan
payudara pasca persalinan
Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
1) Kompres hangat
payudara agar menjadi lebih lembek
2) Keluarkan sedikit
ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
3) Sesudah bayi
kenyang keluarkan sisa ASI
4) Untuk mengurangi
rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5) Untuk mengurangi
statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara
yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)
4.
Infeksi Payudara
a.
Definisi
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan
pada mammae terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa
panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada
nafsu makan. Penyebab infeksi adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan
nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada
perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.
b.
Berdasarkan
tempatnya infeksi dibedakan menjadi :
1) Mastitis yang
menyebabkan abses dibawah areola mamae.
2) Mastitis
ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.
3) Mastitis pada
jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara
mammae dan otot-otot dibawahnya.
c.
Pencegahan
Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha
penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting
susu dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan
kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada
ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka
atau retak pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang
bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan dengan pijitan.
d.
Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada
bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
a. Berikan
kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
b. Sangga payudara
c. Kompres dingin
d. Bila diperlukan
berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
e. Ikuti
perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan
sedikit mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa
ketengah abses, agar nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus
laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika
terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan :
a. Berikan
antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau
eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
b. Drain abses :
1.
Anestesi umum dianjurkan
2.
Lakukan insisi radial dari batas puting
ke lateral untuk menghindari cidera atau duktus
3.
Gunakan sarung tangan steril
4.
Tampon longgar dengan kasa
5.
Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan
tampon kecil
c. Jika masih
banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
d. Yakinkan ibu
tetap menggunakan kutang
e. Berikan paracetamol
500 mg bila perlu
f. Evaluasi 3 hari
5.
Thrombophlebitis
Penjalaran
infeksi melalui vena. Sering terjadi dan menyebabkan kematian. Dua golongan
vena yg memegang peranan yaitu:
a. Vena-vena
dinding rahim lig. Latum (vena ovarica, vena uterina, dan vena hipogastrika)
atau disebut tromboplebitis pelvic.
b. Vena-vena
tungkai (vena femoralis, poplitea, dan saphena) atau disebut tromboplebitis
femoralis
1)
Tromboplebitis pelvic
-
Yg paling sering meradang adalah vena
ovarica, karena pd vena ini mengalirkan darah dr luka bekas plasenta.
-
Penjalarannya yaitu dr vena ovarica
kiri ke vena renalis, vena ovarica kanan ke cava inferior
2)
Tromboplebitis femoralis
-
Dari trombophelebitis vena
saphena magna atau peradangan vena femoralis sendiri
-
Penjalaran thrombophebitis vena
terin
-
Akibat parametritis : thrombophlebitis
pd vena femoralis mgkn tjd krn aliran darah lambat didaerah lipat paha
krn vena tertekan lig.inguinale.
-
Thrombophlebitis femoralis tjd
oedem tungkai yg mulai
pd jari kaki dan naik ke kaki, betis, dan paha. Biasanya hanya 1 kaki yg
bengkak tapi kadagn keduanya.
-
Penyakit ini dikenal dgn nama phlegmasia
alba dolens (radang yg putih & nyeri).
6.
Luka Perinium
a.
Definisi
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindari atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi
luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil
daripada biasanya sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang dan
biasanya, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih
besar daripada sirkum frensia suboksipito-bregmatika.
b.
Perlukaan pada perineum dapat dibagi dalam beberapa tingkat yaitu :
·
Tingkat I
Pada tingkat I ini perlukaan perineum
hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum.
·
Tingkat II
6.
Pada tingkat II perlukaan yang lebih dalam dan luas ke
vagina dan perineum dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital.
7.
• Tingkat III
Pada tingkat III
perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang menyebabkan muskulus spingter
ani ekternum terputus di depan.
a. Bentuk Luka
Perineum
Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam
yaitu :
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu
pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak
teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan. (Hamilton,
2002).
2. Episotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum
untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala
bayi (Eisenberg, A., 1996).
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada
perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan
jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus
dilakukan infiltrasi perineum dengan anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah
diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi dapat dilakukan di garis tengah
atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak
pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini lebih mudah diperbaiki
(Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan
rupture yang sering dijumpai dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
Sedangkan rupture meliputi
1. Tuberositas ischii
2. Arteri pudenda interna
3. Arteri rektalis inferior
Gambar 1. Tipe-Tipe Episiotomi
c. Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi
dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki
terbuka.
b. Alat dan bahan
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung
atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah
melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi,
dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton
(2002) adalah sebagai berikut:
a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air
hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan
ke bawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung
plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue
dari depan ke belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil
perawatan adalah:
a. Perineum tidak lembab
b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Infeksi nifas mencakup
semua peradangan yg disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-genital
genital pd wktu persalinan dan nifas.
Demam dalam
nifas sering disebabkan infeksi nifas, ditandai dengan suhu 38 ºC yg terjadi
selama 2 hari berturut-turut.
Kuman-kuman penyebab
infeksi dapat berasal dari eksogen atau endogen, kuman-kumannyanya seperti
streptococcus, bacil coli, staphylococcus.
B.SARAN
1. BagiMahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu memahami, komplikasi dan penyakit
pada masa nifas serta dapat menambah wawasan baru dalam meningkatkan asuhan kebidanan patologi.
2.
Bagi Institusi
Diharapkan agar dapat sebagai bahan mata kuliah asuhan kebidanan
patologi dan sumber materi
sebagai pengembang ilmu kebidanan
DAFTAR
PUSTAKA
Mochtar , Rustam: Sinobsis Obstetri Fisiologi, Obstettri
Patologi, Jakarta: EGC, 1988
http://choiriatu.blogspot.com/2012/03/prinsip-deteksi-dini-terhadap-kelainan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar